- Back to Home »
- 1. Gunung »
- 2. Gunung Lemongan - Klakah ( Lumajang )
Posted by : Unknown
Selasa, 17 Maret 2015
GUNUNG LEMONGAN
Gunung Lamongan adalah sebuah
gunung api Strato yang masih aktif, terletak di desa Papringan-Klakah-Lumajang -Jawa Timur, bagian dari Pegunungan
Tengger dan kelompok Pegunungan
Iyang-Argopuro. Puncaknya
adalah Tarub (1 651 m).
Gunung Lamongan dikelilingi 27 maar
yang garis tengahnya berkisar antara 150 dan 700 meter. Beberapa maar mempunyai
danau seperti Ranu Klakah,Ranu Pakis dan Ranu Bedali
Gunung Lamongan juga memiliki 5 puncak. Yang saat ini aktif terletak
650 meter di sebelah barat daya puncak Tarub. Danau, di antaranya Ranu
Pakis, Ranu Klakah dan Ranu
Bedali, terletak di lereng barat dan timur. Maar yang kering
terletak terutama di lereng utara. Tidak diketahui letusan maar yang tercatat
dalam sejarah. Gunung Lamongan sempat sangat
aktif dari tahun 1799, letusan pertamanya tercatat dalam
sejarah, sampai akhir abad ke-20.
LEGENDA / ASAL MULA NAMA GUNUNG LEMONGAN/LAMONGAN
Pada waktu itu jaman mataram ada seorang panembahan bernama panembahan Purboyo. Ketika itu dia menjabat sebagai adipati Lamongan yang merupakan wilayah kekuasaan Mataram. Karena situasi saat itu sedang kacau ditambah terjadinya peperangan dengan prajurit Kartasura membuat Panembahan Purboyo harus tersingkir dari wilayahnya. Mengingat saat itu prajurit Kartasura memiliki pasukan yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan pasukannya menyebabkan banya pasukan Panembahan Purboyo yang gugur. Melihat kenyataan itu Panembahan Purboyo merasa bahwa ajal nya sudah dekat sehingga dia kemudian teringat pada saudaranya yang bernama Pangeran Papak yang terlebih dahulu muksa di Puncak Gunung Puji.
Ahirnya dengan sisa kekuatannya yang dimiliki Panembahan Purboyo berangkat ke kadipaten Lamajang untuk bertapa di gunung Puji. Setelah mendaki gunung Puji maka panembahan Purboyo bertapa dan memanjatkan doa di Pertapaan Andong Cumawis hingga beberapa lamanya. Baru kemudian melanjutkan perjalanan ke arah selatan sebuah gunung yang menjulang tinggi. Di gunung itulah Panembahan Purboyo bertapa dan dipanggil dengan cara muksa. Karena Panembahan Purboyo itu mantan adipati Lamongan maka masyarakat menyebutnya dengan sebutan Gunung Lamongan.
PENDAKIAN GUNUNG LAMONGAN
Untuk menuju ke Gunung Lamongan akses jalan yang bisa ditempuh jika dari Surabaya ataupun dari Jember adalah berhenti di Stasiun Klakah. Bisa juga di Alfamart Klakah. Selanjutnya kita bisa melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju Pos 1 ( Padepokan mbah Citro ). Jarak yang ditempuh cukup jauh sekitar 7-8 km sehingga cukup membuat kaki terasa pegal. Untung jalannya yang ditempuh adalah jalan beraspal. Setelah masuk desa papringan untuk menuju ke padepokan Mbah Citro kita akan melewati jalan berbartu dengan medan yang cukup menanjak. Jika kita berjalan dari Stasiun Klakah jam 3sore maka kita akan sampai di Padepokan Mbah Citro sekitar Jam 5 sore. Usahakan berangkat pendakian sore hari.
Setelah sampai di padepokan Mbah Citro gunakan waktu untuk beristirahat sekaligus meminta ijin kepada Mbah Citro yang merupakan juru kunci Gunung lamongan untuk melakukan pendakian. Jika Mbah Citro mengijinkan pendakian maka pendakian bisa dilanjutkan tetapi jika beliau tidak mengijinan mendaki maka jangan coba - coba dilanggar karena beliau tau seluk beluk dan kharakteristik gunung Lamonga. Walau beliau sudah berusia hampir 100 tahun namun beliau masih sanggup untuk mendaki Puncak Gunung Lamongan. bahkan ada suatu kisah menarik dimana beliau tiba - tiba muncul di Hutan Hujan Basah padahal sore itu pendaki banyak yang minta ijin pendakian ke beliau. namun saat malam tiba beliau sudah di hutan hujan basah tanpa sekalipun pendaki lain tau atau merasa disalip oleh mbah Citro. ( Waalahu alam )
Mbah Citro |
Untuk memulai pendakian biasanya berangkat dari Pos 1 Mbah Citro berangkat jam 9 atau 10 Malam. Setelah itu kita mengikuti jalur pendakian yang sering diperbaiki oleh Laskar Hijau. Karena kita melakukan pendakian malam hari jangan lupa bawa senter. Selama perjalanan kita akan melewati ladang rumput yang cukup tinggi. Setelah mungkin 1 jam dari pos 1 kita akan menemukan jalan yang cukup menantang karena terdiri dari banyak batu yang bisa bergerak jika kita injak. Hati - hati karena kita bisa terperosok. Batuan ini dikenal dengan sebutan watu Pup atau watu Taek. Tujuan kita adalah menuju Pos 2 yang dikenal dengan sebutan Watu Gedhe. Untuk menuju Watu Gedhe dari Mbah Citro butuh waktu sekitar 2 jam sehingga kadang pendaki sampai disana jam 12 malam.
watu gedhe |
Biasanya pendaki yang tidak kuat melanjukan pendakian maka pos watu gedhe adalah tujuan ahirnya. Ada tempat untuk mendirikan tenda disini. Pendaki diharapkan istirahat di watu gedhe untuk memulihkan tenaga dengan beristirahat ataupun untuk mengisi perut yang sudah lapar. Pendakian setelah watu gedhe memiliki rute yang menanjak dengan kemiringan di atas 45 derajat jadi tenaga harus benar - benar fit. Biasanya pendaki istirahat disini 1 - 2 jam.
Setelah cukup tenaga maka pendaki bisa melanjutkan pendakian dengan mengikuti rute yang ditentukan. Jangan berharap kita menemukan medan datar karena medan disini sampai pos hutan hujan basah memiliki medan yang terjal dengan batuan kecil kasar dan keras yang cukup bisa membuat kaki sakit jika tidak berhati - hati. Dalam perjalanan inilah kita bisa menemukan suatu tanjakan berpasir dan berbatu yang cukup terjal dan cukup tinggi dimana ketika kita berjalan 3 langkah maka kita akan merosot 1 langkah bahkan 2 langkah. Itu membuat kaki akan terasa super capek dan pegal. Tanjakan itu bernama tanjakan putus asa karena bisa membuat pendaki putus asa dan balik kanan untuk kembali ke watu gedhe jika sudah tidak kuat lagi mendaki.
Tanjakan Putus Asa |
Setelah pendaki bisa melewati tanjakan putus asa maka pendaki istirahat di pos hutan hujan basah. Jangan dibayangkan ada bangunan disini karena pos nya hanya berupa tanah lapang yang tidak begitu besar. Kita bisa istirahat disini tapi jangan lama - lama agar kita bisa mendapatkan kemunculan matahari terbit di puncak gunung Lamongan. Setelah ini kita akan memasuki hutan hujan basah yang memiliki medan tanah yang kadang cukup labil kalau diinjak. Biasanya pendaki akan disambut dengan sambutan hewan khas sana yaitu pacet ( sejenis lintah )yang siap menghisap darah pendaki. Kalau pendaki beruntung juga bisa menemukan tumbuhan kantung semar yang merupakan tanaman pemakan serangga.
Pos Hutan Hujan basah |
Kantung Semar |
Selama perjalanan di hutan hujan basah maka kita akan menemukan sumber mata air guci. Itu merupakan mata air terakhir. Jangan dibayangkan sumber mata air ini bersih dan jernih arena sumber mata air ini berasal dari tetesan air di akar pohon yang ditampung di sebuah guci. Kadang juga banyak jentik - jentik nyamuk. Tapi bagi pendaki sumber mata air ini sangat berarti karena kebanyakan persediaan air yang dibawa habis saat melewati tanjakan putus asa. Biasanya dari pos hutan hujan basah sampai puncak kita membutuhan waktu 2 - 3 jam tergantung kekuatan fisik pendaki. Selama melewati hutan hujan basah pendaki diharapkan untuk menjaga diri dari pikiran negatif , kotor ataupun ucapan kotor karena banyak pendaki yang tersesat dan tidak bisa keluar dari hutan ini dan berputar- putar disana. Jika hal ini terjadi pada pendaki segera ingatlah Tuhan dan berpikirlah positif.
Saat mendekati hampir puncak gunung Lemongan maka kita akan melihat batu yang cukup besar persis dengan batu di watu gedhe. Sehinga banyak pendaki yang menjulukinya batu kembar. Kalau kita benar - benar memperhitungkan waktu dengan tepat maka kita akan bisa menikmati matahari terbit dari atas puncak gunung Lemongan.Kita juga bisa menikmati keindahan ranu klakah, ranu pakis, ranu lading, dan ranu wurung dari puncak gunung Lemongan.
kawah gunung lamongan yang masih mengeluarkan asap |
keindahan ranu pakis dan ranu klakah |